Premium WordPress Themes

Sabtu, 20 Juli 2013

Kami Butuh Pendidikan yang Layak

Mikael Kudia. Foto: Dok. Pribadi.
Oleh Mikael Kudiai*
Pada dasarnya, pendidikan merupakan salah satu cara dimana kita manusia belajar untuk mengetahui segala sesuatu yang ingin kita ketahui. Pendidikan juga tidak terlepas dari pengaruh dan keberadaan lingkungan sosial, dimana saja kita berada. Pendidikan menjadi aspek utama untuk meraih cita-cita atau tujuan hidup kita. Pendidikanlah yang menjadi salah satu penunjuk dan penunjang hidup kita dalam mencapai tujuan hidup kita sebagai manusia.
Dalam hal ini, saya ingin berbicara dan mengungkapkan pendapat tentang masalah pendidikan itu sendiri.

Kami Butuh Pendidikan yang Layak, merupakan ungkapan isi hati yang saya ungkapkan didalam tulisan ini. Memang, masalah pendidikan bukanlah hal kecil dan sepele. Masalah pendidikan merupakan masalah kita bersama.
Beberapa teman-teman saya putus sekolah. Ini masalah. Ini karena kondisi lingkungan, baik keluarga, maupun lingkungan bermain dan yang lain merangsangnya entah dengan caa apa, agar dia putus sekolah.
Ada pula masalah pendidikan yang dipandang dari secara sempit, diantaranya adalah masalah di lingkungan sekolah. Misalnya, banyak siswa siswi yang sudah bersekolah tetapi kurang memahami materi yang diberikan oleh ibu guru dan bapa guru di sekolah. Banyak anak-anak seumuran sekolah yang bersekolah tetapi dengan santai-santai saja. Juga ada siswa siswi yang datang ke sekolah cuma untuk bersantai-santai saja.
Mengenai perilaku santai ini, bisa jadi salah satu poinnya adalah karena pemberian kunji jawaban saat Ujian Nasional. Siswa jadi berpikir; Belajar, pasti diberi kunci jawaban dan lulus. Tidak belajar, juga pasti lulus dengan kunji jawabab. Lebih baik tidak repot dan pusing untuk belajar dan lulus. Instan dan enak kan?
Saya ingat kata-kata inspiratif dari pastor Odemus Bei Witono, SJ, seorang imam Yesuit, jgua pendidik di SMA Adhi Luhur, dalam sebuah  kesempatan pernah bicara kepada kami: Kalau tidak belajar jelas tidak akan lulus, tetapi kalau belajar belum tentu lulus.
Kata-kata pastor Bei di atas, sangat inspiratif bagi saya. Menjalakan pendidikan tidaklah mudah. Dengan usaha yang selalu kita buat belum tentu menghasilkan sesuatu, maka belajarlah dengan sunggu-sugguh.
Dilihat dari kacamata sosial, faktor utama yang menyebabkan kedua masalah tersebut adalah:
Pertama, Dukungan dan motivasi dari orangtua yang minim. Pada dasarnya, orang tua merupakan yang utama dan pertama di dalam mendidik dan mengajar anak. Yang menjadi faktor penyebab  dari masalah pendidikan adalah orang tua tidak memikirkan tujuan yang diinginkan anak, kadang ada orang tuah yang tidak memikirkan sama sekali tentang pendidikan anak. Jadi anak yang menjadi masalah dalam pendidikan tersebut.
Kedua, Kurangnya pendidikan di sekolah. Pendidikan disekolah merupakan pendidikan yang sangat utama dan terutaman didalam menjalankan pendidikan tersebut. Pendidikan di sekolah merupakan pendidikan yang formal karena kita menjalankan pendidikan dari pagi hingga selesai siang atau sore. Yang menjadi masalah pendidikan adalah kurang terjaminnya mutu, kualitas, didukung sarana prasarana dan kurikulum yang padu antara psikologi, pengembangan diri dan intelektual  di sekolah.
Banyak siswa siswi yang datang ke sekolah tetapi mendapatkan pendidikan yang sangat minim. Banyak juga guru-guru yang datang ke sekolah tetapi tetapi tidak mengerti tentang daya ingat masing-masing siswa. Banyak juga siswa siswi yang kadang bohong atau pura-pura mengerti pelajaran, tetapi apa yang terjadi, belum mengerti sama sekali apa yang sudah diberikan oleh guru-guru di sekolah.
Dari kedua alasan di atas, kita dapat disimpulkan bahwa, yang menjadi masalah didalam pendidikan Papua dilihat dalam konteks  lingkungan sempitnya adalah, karena kurangnya dukungan dan motivasi dari orang tua yang sangat minim, dan juga kurangnya pendidikan  yang baik dan benar di sekolah.
Bila kita orang Papua ingin menjadi tuan di negeri kita sendiri, kuncinya kembali kepada bagaimana menangani berbagai macam masalah pendidikan, agar menjadi lebih baik.
Mikael Kudiai, mahasiswa Papua di Yogyakarta. Ia tamat tahun 2013 dari SMA YPPK Adhi Luhur, Kolese Le Cocq dArmandville, Nabire.
==========================================
Sumber:http://majalahselangkah.com/

0 komentar:

Posting Komentar

KOTAK KOMENTAR

Nama

Email *

Pesan *