Oleh Theresia Fransiska Tekege )*
Saat ini,
dengan semakin terbukanya Papua menerima
arus transmigrasi, imigran gelap dari luar Papua yang tidak terkendali, ada
fenomena yang patut kita cermati. Fenomena itu menyangkut anak-anak jalanan
asli Papua: berambut keriting, berkulit hitam.
Banyak anak
jalanan di beberapa Kabupaten/kota di Papua, yang tidak terurus kehidupannya.
Mereka berpindah-pindah bahkan hingga keluar kota untuk memperoleh nafkah, demi
hidup. Banyak kerja mereka: mengais sampah, mengambil dan memungut barang bekas
yang dapat dijual kembali, seprti kaleng, botol, dll. Bila kita bicara soal
keadaan mereka, jelas memprihatinkan. Baju mereka tidak layak pakai. Tempat
tidur mereka di jalanan, emperan toko. Karton jadi kasur mereka. Karung jadi
tas mereka. Hanya satu d yang ada di pikiran mereka: makan untuk terus hidup.
Hidup
sebagai anak jalanan, bila diteliti, sebenarnya tidak diingini siapapun,
termasuk oleh para anak jalanan ini. Mereka terpaksa menjadi anak-anak jalanan
karena berbagai faktor.