Foto Ilustrasi. Sumber: trek-papua.com |
Adalah seorang anak laki-laki. Namanya
Menar. Ia tinggi, kekar lagi. Pandangannya tajam. Tampaknya seperti seorang
pemimpin.
Seperti halnya teman-teman yang lain,
Menar rajin mengikuti ibadah. Semua isi Alkitab telah ia kenali. Pada beberapa
momen perlombaan Cerdas Cermat Alkitab (CCA), ia keluar sebagai juara. Kerap
kali ia mengajari pelajaran Agama kepada teman-temannya.
Orang tuanya berharap ia akan menjadi
seorang pemimpin di desa itu. Sehingga, Menar disekolahkan di sebuah SMP yang
ada di kota.
Saat berada di bangku SMA, tampak bakat
pemimpinnya. Menar tumbuh dewasa. Seiring dengannya, ilmu pengetahuan dan bakat
lain yang dimiliki Menar tumbuh jua. Ia mengharumkan nama keluarganya. Keluarganya
bangga dengan keberhasilan-keberhasilan Menar.
Saat SMA, Menar telah mengenal hubungan
berpacaran. Pacarnya sangat mendukung aktivitas Menar. Menar lebih produktif
lagi. Lebih banyak lagi keberhasilan yang ia buat. Mungkin karena ada dukungan
dari seorang gadis.
Setelah SMA, kata orang, Menar seperti
sirnah. Perlahan memudar semua yang ia bangun sejak SMP. Sirnah semua tekad
yang sudah ia tanamkan dalam hatinya. Entah mengapa. Kini, ada kabar, Menar
lebih seiring mengurung diri dalam kamar.
Orang tuanya yang jauh, jauh di
pedalaman, mendengar itu. Mereka berupaya agar Menar menjelaskan sebabnya. Tetapi,
apa daya, Menar selalu mengalihkan pembicaraan bila ditanya oleh orang tuanya
tentang itu melalui sarana komunikasi.
Menar sadar, hal itu ia lakukan bukan
karena tidak ada seorang gadis yang menemaninya. Konon katanya, Menar juga
telah memutuskan pasangannya dari hubungan romantis yang telah dirajutnya.
Bermain dengan teman juga sudah tidak. Bahkan game di Laptop pun ia hapus.
Entah mengapa, Menar tidak lagi bergaul
dengan orang yang suka bermain-main. Ia menjauhi kebiasaan dan temannya yang
gila game. Tidak ada satu pun permainan yang ia simpan dalam kamar kostnya.
Itulah perubahan Menar. Perubahan yang
menghampirinya setelah ia ada di Perguruan Tinggi. Perubahan itulah yang mungin
dikehendakinya, sehingga ia bisa mengalami perubahan itu. Tapi aneh, perubahan
itu tidak terjadi menyeluruh pada hidupnya.
Sepertinya perubahan itu adalah kehendaknya.
Karena ada hal-hal lain yang ia pegang. Komunikasinya dengan teman-teman
diskusi di lingkungan masyarakat masih terus subur. Tulisan-tulisannya di media
massa terus-menerus ada. Karya-karyanya untuk membangun hidup masyarakat luas
terus efektif. Lagi, keberhasilannya terus bertambah.
Hanya satu saja. Satu kegiatan yang tampak
jelas dan konkret oleh tetangga-tetangga kostnya, yaitu berdagang pernak-pernik
khusus untuk anak-anak remaja. Pernak-perniknya unik, berbeda.
Pernak-pernik yang ia jual semua berbau
kebudayaan. Kebudayaan kampungnya. Mulai dari warna pernak-pernik, bentuk,
gambaran, kata-katanya, hingga bahasa pada pernak-perniknya selalu menciri
khaskan kedaerahannya.
Terkadang, tetangga-tetangga kostnya
tanya, kenapa warna pernak-pernik, bentuk, gambaran, kata-katanya, hingga
bahasa pada pernak-perniknya selalu menciri khaskan daerahmu? Jawaban Menar
apa, ia hanya senyum. Setelah itu, ia pasti berkata, kecintaanku kepada daerahku
mestinya dapat menumbuhkan rasa cinta orang lain kepada daerahku.
Banyak pertanyaan yang biasa Menar
jumpai. Seperti tadi, tapi ada juga yang biasa mempertanyakan mengapa Menar
melakukan hal itu, kan orang tuanya kaya raya. Dengan suara dan nada bahasa
yang khas, ia paling-paling berkata, kelak aku ingin membasmi kejahatan melalui
tindakan yang pastinya semua ini akan kugunakan saat pembasmian.
Kebiasan Menar itu tidak berakhir
hingga ia usai mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi. Dan, ternyata benar,
ia banyak menggunakan semua yang ia kumpulkan dulu untuk menjadi pemimpin yang
jujur. Jujur sesuai dengan ajaran Cinta Kasih yang diajarkan pada Alkitab.
Oleh karena itulah, ia menjadi
pemimpin. Pemimpin yang mengharumkan cinta kasih yang universal. Juga, sesuai
dengan kehendak orang tuanya. Mamanya paling bangga dengan berbagai upaya Menar
dalam mempin daerahnya. Oleh karenanya, doa ibunya selalu menyertai Menar.
Oleh:
Hery Tebay
==========================
Sumber:http://majalahselangkah.com/
0 komentar:
Posting Komentar